Jenis-jenis Kerusakan pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Retak adalah suatu gejala kerusakan
permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan
perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu
factor yang akan membuat luas/parah suatu (DepartemenPekerjaan Umum,
2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang
lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi
tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material
tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan
terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke
bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan
retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).
Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :
A. Retak Halus (Hair Cracking)
Yang dimaksud retak halus adalah retak
yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat
setempat atau luas pada permukaan jalan.
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
-
Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
A. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
Dalam tahap perbaikan, sebaiknya
dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut
retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.
B. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)
Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling
berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit
buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak
kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya luas,
mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang
melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.
Untuk pemeliharaan dapat digunakan
lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm, sebaiknya bagian
perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke
lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan
dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan
yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase
disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus
diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.
C. Retak Pinggir (edge crack)
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jeni sekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi
a Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.
Cara perbaikan dengan mengisi celah
dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan drainase harus
dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan
mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan
hotmix.
D. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya
terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal.
Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan
3. Drainase kurang baik.
4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh
atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan
jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
E. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebabnya adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah-celah yang terjadi.
F. Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks)
yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama
dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah
yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalanlama.
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
G. Retak Refleksi (reflection crack)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan
tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang(longitudinal cracks),
diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak
(blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya.
Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak
diperbaikisecara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay)
dilakukan.
1. Pergerakan vertikal/ horizontal di
bawah lapis tambahan (lapisan overlay)sebagai akibat perubahan kadar air
pada tanah dasar yang ekspansif.
2. Perbedaan penurunan ( settlement ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan struktur perkerasan.
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak
sehingga kerusakan akan bertambah parah.Untuk retak memanjang, melintang
dan diagonal perbaikan dapat dilakukan denganmengisi celah-celah dengan
campuran aspal cair dan pasir.
Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.
H. Retak Susut (shrinkage crack)
Retak yang terjadi tersebut saling
bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat
dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks
cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
. Retak ini akan menyebabkan meresapnya
air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau
menyeluruh pada perkerasan jalan danmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes ).
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan dilapis dengan burtu.
I. Retak Selip (slippage crack)
Kerusakan ini sering disebut dengan
parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk
retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak
mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama
denganterbentuknya sungkur ( shoving ).
1.Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible
berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah dasar, pemadatan yang
kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat
beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi
atas beberapa jenis diantaranya:
A. Alur (ruts)
Terjadi pada lintasan roda sejajar
dengan as jalan, dapat merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang
jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan
akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis
perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan
pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasanroda. Campuran
aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.
B. Keriting (corrugation)
1.Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
2.Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin
3.Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi
4.Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.
Keriting dapat diperbaiki dengan cara :
a. Jika lapisan memiliki pondasi
agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan
diberi lapis perkerasan baru.
b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.
C. Sungkur (shoving)
Deformasi plastis yang terjadi setempat
di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan
tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.Penyebab
kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan
dilakukan pelapisan kembali.
D. Amblas (grade depression)
Terjadi setempat/tertentu dengan atau
tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas
disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang
direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian
perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
-
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.
b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai
E. Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat
dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan
tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang
rusak dan melapisinya kembali.
3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah
pada kerusakan secara kimiawi &mekanis dari lapisan permukaan, yang
termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:
A. Lubang ( Potholes )
Kerusakan jalan berbentuk lubang
(potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar.
Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis
permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
-
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
-
Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Untuk perbaikan maka lubang-lubang
tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali dimana pembongkaran
berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan
yang baru dan perkerasan yang lama.
B. Pelepasan butir (raveling)
Dapat terjadi secara meluas dan
mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang. Dapat
diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan
dikeringkan
C. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)
Setelah itudilapis dengan buras.
Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis
bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan
cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan
buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis
bawahnya
4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)
Pengausan terjadi karena agregat
berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan /
agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan
latasir, buras, latasbum.
5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)
Pada temperature tinggi, aspal menjadi
lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapatdisebabkan pemakaian kadar
aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal
pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan
agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan
diberi lapisan penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar